KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM

Posted on 05.42 by SMART MOSLEM | 0 komentar

Kepada rekan-rekan sesama muslim, sering kita beranggapan bahwa jika kita sudah menunaikan shalat lima waktu, kita sudah merasa cukup, dan merasa kita sudah tidak ada kewajiban lainnya, apakah anggapan tersebut dihadapan ALLAH SWT sudah benar?, marilah kita bahas apa itu menuntut ilmu dalam Islam dan khususnya dalam pandangan ALLAH SWT.

DASAR HUKUM MENUNTUT ILMU. 

1. Sebagai seorang Muslim tentunya kita tidak asing hadits dari Rasullulah SAW yang berbunyi :

‘MENUNTUT ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN, WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR”  Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah, jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan, disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA. Jadi permasalahan yang mendesak sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita masih diberi kesempatan hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah SAW, agar kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh ALLAH SWT melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama Islam tidak hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut ilmu, hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup, alangkah ironi dan naïf nya , jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, tapi giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama Islam tentang hukum-hukum ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan dan berat sekali, dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup selamanya,..Subhanallah,..sebelum terlambat marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati kita, jika kita sudah tahu bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika ada kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita menunda-nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah, “Masihkah pantaskah kita dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim…

2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr, yang berbunyi sbb : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu

1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.

Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :

Agar mempunyai Iman, maka kita harus :
  • Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.
  • Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.
  • Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang keempat adalah, 
  • Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja. 
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian, dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam Surat Al-Ashr`. 
 
Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang mengalami kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di alam kubur / barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta tahun lagi, hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat Al-Ashr`, yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya sesuai dengan Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga kelak jika kita mati, akan termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung, Ammiiin…….

15 ALASAN RINDU RAMADHAN

Posted on 19.29 by SMART MOSLEM | 0 komentar


Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah :

"Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus."

Sesungguhnya, ada apanya di dalam Ramadhan itu, ikutilah berikut ini:

1. Gelar taqwa

Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.

"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS al-Baqarah: 183).

Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada hambanya yang taqwa, antara lain:

a. Jalan keluar dari semua masalah

Kemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah tidak ada yang sulit, karena Dialah pemilik kehidupan ini.

"...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath Thalaaq: 2), "...Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)

b. Dicukupi kebutuhannya

"Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...."(QS. Ath Thalaaq: 3)

c. Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hati Bagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya tersimpan Allah.

Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan.

"Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. al-A'raaf: 35)

2. Bulan pengampunan

Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan bernjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud,

"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni."

3. Pahalanya dilipatgandakan

Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda,

"Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipad gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya." (HR. Bukhari Muslim).

“Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib” (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah)

Maka perbanyaklah amal dan ibadah, mumpung Allah menggelar obral pahala.

4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup

"Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu."(HR Muslim).

Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi. Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian banyak. Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan. Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat setan menggoda manusia.

5. Ibadah istimewa

Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya,

"Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari Muslim).

Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa. Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa.Ini tahap dasar meneladani Allah. Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang seharusnya juga kita teladani.
Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar bisa lewat membaca al-Qur'an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat,
meningkatkan pengetahuan ilmiah. Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya
mengurus manusia. Dia juga mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang. Manusia yang berpuasa meneladani Tuhan dalam sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan. Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari saja.

6. Dicintai Allah

Sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi,

"Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya." (HR Bukhari)

7. Do'a dikabulkan

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo'a apabila dia berdo'a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku." (QS.al-Baqarah: 186).

Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo'a tapi sebenarnya tidak berdo'a. Yaitu do'anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? "maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku." Benar, berdo'a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw,

"Tiga do'a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do'anya orang teraniaya. Allah mengangkat do'anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. 'Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kesucian pakaian, kesucian tempat, itu punya hubungan yang erat dengan pengabulan do'a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo'a kepada Tuhan. Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bias mengantarkan do'anya dia diterima. Tapi kalau makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doa'nya? Jadi do'a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Di bulan Ramadhan jiwa kita diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan makanan,
semakin besar kemungkinan untuk dikabulkan do'a.

8. Turunnya Lailatul Qodar

Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS. al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur'an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu.

Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad, "Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di sepuluh terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan. Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang."

Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul qodar. Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur'an menyatakan,

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat JIbril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan/kedamaian sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr: 4-5)

Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan, "Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, 'Ambil barang itu!' Ada bisikan lain berkata, 'Jangan ambil, itu bukan milikmu!' Bisikan pertama adalah bisikan setan. Bisikan kedua adalah bisikan malaikat." Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus bertambah, maka yakinlah bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.

9. Meningkatkan kesehatan

Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).
Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup.
Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.
Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.

10. Penuh harapan

Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah... rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya' Allah, menjadikan hidup lebih bermakna.

"Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya." (HR. Bukhari).

11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyaan

"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR.Bukhari)

12. Minum air telaganya Rasulullah saw

"Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain. Mereka (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.' Beliau berkata, 'Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu...Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga."
(HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

13. Berkumpul dengan sanak keluarga

Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung halaman.
Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bias berlangsung kapan saja. Tidak mesti pada Hari Raya. Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga dan saudara yang lain. Padahal silahturahim itu dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis,

"Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi!" (HR.Bukhari)

14. Qaulan tsaqiilaa

Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur'an. Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS Al Muzzammil:3).

Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal malam setelah shalat isya' dengan berjamaahdi masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih.
Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya. Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur'an secara tartil (memahami maknanya). Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur'an memang sumber pengetahuan dan ilham.
Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa
(perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

15 . Hartanya tersucikan

Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat. Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok. Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan waktunya. Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.·

Semoga bermanfaat

Mohon masukan dan kritiknya....
Smart Moslem

ALLAH HANYA AKAN MEMANGGIL KITA 4 KALI DALAM HIDUP

Posted on 22.31 by SMART MOSLEM | 0 komentar

Perlu diketahui wahai saudara dan saudariku sesama Muslim bahwa Allah hanya akan memanggil kita 4(empat) kali kesempatan saja seumur hidup


Ternyata sedikit sekali Allah memanggil kita ya..?
''Panggilan pertama adalah Azan”

Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar, bahkan sehari sampai 5(Lima) kali. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel dan toleransi pada kita, Dia tidak 'cepat marah' akan sikap kita. Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Azan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti'.

Kita semua harusnya instropeksi diri.... . . Terbayang jika kita masih melambatkan sholat bahkan meninggalkannya sama sekali, karena meeting lah, nonton tv, mengajar lah, Sibuk kerja dan lain lain alasan dunia. Masya Allah....apa jadinya jika besok atau nanti sore/malam malaikat maut datang menghampiri, apakah kita tidak merasa rugi jika kita tidak membawa bekal amalan shalat sama sekali, sedangkan yang pertama-tama dihisab adalah amalan shalat, jika shalat kita benar maka seluruh amalan lain akan mengikuti, tapi jika shalat kita tidak benar maka amalan lainnya ikut hancur, walapun kita semasa didunia telah mengeluarkan uang sampai milyaran rupiah untuk infaq dan membangun masjid, Masya ALLAH, segeralah perbaiki shalat kita sebelum terlambat.


“Panggilan yang kedua adalah Puasa”,

kalau kita tahu dengan sebenar-benarnya bahwa kenikmatan berpuasa itu ada 2, yaitu yang pertama ketika kita berbuka, dan yang kedua ketika kita bertemu dengan ALLAH SWT, Berpuasa merupakan panggilan dari ALLAH yang sangat istimewa karena berpuasa kebaikannya tidak hanya langsung untuk kita dunia dan akhirat, tapi pada hakekatnya puasa itu untuk ALLAH SWT, sedangkan ibadah lainnya hanya untuk kepentingan dan keselamatan kita sendiri tapi untuk puasa ALLAH memberikan perkecualian “Sesungguhnya ibadah puasa itu untuKU”, Tapi sayang sekali banyak dari kita yang belum memahami dan mencermatinya, bahkan cenderung terlena oleh waktu yang sebenarnya semakin mendekati kematian, oleh karena itu wahai sahabat sebelum malaikat maut mendatangi kita, pertanda waktu kita didunia telah berakhir, jawablah dan laksanakan panggilan ALLAH yang ke dua ini,

“Panggilan yang ke tiga adalah Panggilan Umrah/Haji”,

Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan
panggilan yang halus dan sifatnya 'bergiliran' . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain.
Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul.
Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/ Umrotan', sesungguhnya
kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke tiga.
Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali.
Allah berfirman, laksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu'.

“Dan panggilan ke empat adalah KEMATIAN”

Panggilan yang mau tidak mau harus kita jawab dengan amal shaleh dan perbuatan kita selama didunia, dan pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Dan jangan sia-siakan waktu detik demi detik berlalu tanpa amal, karena sesungguhnya bekal yang akan kita bawa untuk menjawab panggilan ALLAH yang terakhir hanyalah amal perbuatan kita karena sesungguhnya cepat atau lambat kita akan segera mempertanggungjawabkan semuanya dihadapan ALLAH SWT, ingatlah wahai saudara dan saudariku sesama Muslim, Rasullulah SAW pernah bersabda : “Orang yang paling cerdas didunia adalah orang yang selalu mengingat, memikirkan dan mempersiapkan kematian” dan semoga sebelum waktu kita benar-benar berakhir Jawablah ke empat panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang khusnul Khotimah.... .......Insya Allah syurga adalah balasannya.. ...

Mohon kritik dan tanggapannya..


60 Usia di Ambang Maut

Posted on 07.05 by SMART MOSLEM | 0 komentar

Saudara dan saudariku sesama Muslim,Kehidupan manusia di dunia ini dimulai saat ruhnya ditiupkan ketika janin berada dalam kandungan ibunya. Kemudian jika dia ditakdirkan Sang Pencipta untuk hidup, maka ia akan dilahirkan. Selanjutnya ia akan tumbuh menjadi besar untuk menghabiskan ‘sesaat’ waktunya menjalani kehidupan di atas bumi ciptaan-Nya ini. Kemudian kehidupannya di dunia itu akan berakhir ketika dicabut ruhnya. Saat ajal menjemputnya, itulah akhir kehidupannya di dunia yang fana (sementara / tidak abadi) ini, namun pada saat itulah dimulai awal dari hari-hari penantiannya yang panjang dalam kehidupannya di alam barzakh yang jelas-jelas bergantung pada amal dan perbuatannya selama didunia, jika amal ibadahnya selama hidup didunia baik maka penantian yang panjang itu akan terasa singkat.


Selanjutnya, kelak ketika sangkakala telah diperintahkan-Nya untuk ditiupkan, dimulailah penghisaban dirinya yang menjadi hari penentu dari kehidupan akhiratnya yang kekal dan abadi.

Rasulullah SAW bersabda : “ Saat manusia tumbuh menjadi besar, ada dua hal yang ikut menjadi besar bersamanya, yakni cinta harta dan berangan-angan akan panjang usianya “. (HR. Bukhori).

Usia manusia oleh sebagian ulama dibagi dalam empat tahapan masa kehidupannya di dunia ini, yaitu masa kecil, masa muda, masa separuh baya, dan masa tua. Usia enam puluh tahun, disebut sebagai usia yang sudah memasuki masa tua. Umumnya, manusia pada usia ini sudah cenderung melemah kekuatan dan menurun daya tahan fisiknya. Usia enam puluh tahun dapatlah dikatakan sebagai usia yang sudah berada di ambang maut, usia yang sudah mendekati ‘pertarungan’ dengan maut.

Rasulullah SAW bersabda : “ Usia umatku berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit yang berhasil melewatinya “. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Usman bin Affan pernah berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT menyukai orang yang berusia dua puluh tahun, namun bersikap seperti orang berusia delapan puluh tahun. Dan, Allah SWT membenci orang yang berusia enam puluh tahun, tapi bersikap seperti orang berusia dua puluh tahun.

Rasulullah SAW bersabda : “ Manusia menjadi tua dan ada dua hal yang akan tetap muda ikut bersamanya, yakni kecintaan mencari harta dan hasrat memperpanjang usianya “. (HR. Muslim).

Al-Qurthubi pernah menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan hamba untuk hidup dan memiliki ilmu, karena dengan itulah tercapai kesempurnaannya. Lalu Allah menimpakan kepadanya pelbagai halangan seperti tidur, hadats, dan berkurangnya kemampuan fisik, karena kesempurnaan sejati hanya milik Yang Maha Awal, Yang Tiada Berawal, Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Kalau seseorang bisa mengurangi tidur dengan sedikit makan dan begadang malam, hendaknya ia mencoba melakukannya. Bodoh namanya, kalau seseorang hidup selama enam puluh tahun tapi sepanjang malam tidur, sehingga setengah usianya habis sia-sia. Lalu tidur lagi di siang bolong mengikuti nafsu malasnya untuk beristirahat, habislah dua pertiga usianya. Yang tersisa baginya hanya dua puluh tahun saja. Sungguh bodoh dan pandir, kalau seseorang menghabiskan dua pertiga usianya hanya untuk kenikmatan semu, namun enggan menghabiskan usianya dalam kenikmatan abadi, disisi Yang Maha Kaya, Yang Maha Sempurna, Yang Tidak Pernah Tidak Ada, dan Yang Tidak Pernah Berbuat Zalim.

Rasulullah SAW bersabda : “ Hati orang yang berusia lanjut akan tetap muda dalam dua hal, yakni cinta dunia dan berangan-angan panjang “. (HR. Bukhori).

Bolehlah dikatakan usia enam puluh tahun sebagai batas paling akhir untuk dirinya sudah memfokuskan hari-hari di sisa kehidupannya itu kepada kekhusyukan dan kepasrahan serta urusan akhirat dalam rangka menanti datangnya ajal. Mereka yang telah berusia mencapai enam puluh tahun haruslah bersyukur, sebab usianya itu berarti ia telah diberikan kelonggaran. Sesungguhnya tak banyak lagi hari yang tersisa baginya untuk berangan-angan panjang dan mencintai dunia, karena tak berapa lama lagi akan tercapai batas akhir dari kelonggaran usianya.

Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa yang dipanjangkan usianya hingga enam puluh tahun, berarti Allah memberikan udzur atau kelonggaran pada usianya “. (HR. Abu Hurairah dan Ibnu Mardawaih).

Allah SWT berfirman :

“ Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : ‘ Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh, berlainan dengan yang telah kami kerjakan ‘. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan ?, maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun “. (QS : Fathir : 37).

Rasulullah SAW bersabda : “ Sungguh para nabi sebelumku telah memberikan peringatan secara amat baik. Dan sungguh, di hari kiamat nanti akan datang panggilan dari sisi Allah kepada mereka yang berusia enam puluh tahun. Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan ? “. (HR. Abu Hurairah).

Allah SWT telah memberikan kelonggaran dengan memanjangkan usianya, tentunya agar mereka yang telah dipanjangkan usianya itu segera melaksanakan pelbagai ketaatan, amal saleh, ibadah yang khusyuk, dan memohon rahmat-Nya untuk pengampunan atas segala kesalahan serta dosa yang telah diperbuatnya. Semua itu demi sesuatu yang amat dibutuhkannya di hari kefakiran kelak, ketika telah tiba hari penghisaban atas diri
mereka.

Rasulullah SAW bersabda : “ Pertarungan maut itu berada diantara usia enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun “. (HR. Bukhori).

Fudhoil bin Iyyadh pernah berkata kepada seseorang lelaki : “ Berapa tahun usiamu ? “.
Kemudian orang itu menjawab : “ Enam puluh tahun “.

Lalu Fudhoil berkata : “ Semenjak enam puluh tahun engkau berjalan menuju Robbmu, nyaris saja engkau sampai tujuan “.

Lelaki itu kemudian menyahutnya : “ Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un “.

Fudhoil lalu menanyakannya : “ Engkau mengetahui tafsir dari kalimat itu ?“.

Lelaki itu menjawabnya : “ Tolong tafsirkan kalimat itu untukku, wahai Abu Ali “.

Fudhoil pun lalu mentafsirkannya : “ Siapa saja yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah, dan bahwa dia pasti akan berpulang kepada Robbnya, maka hendaklah ia menyadarinya bahwa ia pasti akan berdiri dihadapan Allah. Barangsiapa yang menyadari bahwa ia akan berdiri
dihadapan-Nya, hendaknya ia menyadari bahwa ia harus bertanggungjawab. Siapa saja yang mengetahui bahwa ia harus bertanggungjawab, maka hendaknya ia menyediakan jawaban untuk pertanyaan kelak “.

Lelaki itu kemudian menanyakan : “ Lalu, bagaimana jalan keluarnya ? ”.

Fudhoil menjawab : “ Mudah saja “.

Lelaki itu menyahutnya : “ Mudah itu yang bagaimana ? “.

Fudhoil menjelaskannya : “ Berbuat baiklah pada sisa usiamu, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu. Janganlah engkau berbuat keburukan pada masa yang tersisa, karena segala perbuatanmu di masa lampau dan yang akan datang itu akan diperhitungkan di sisi-Nya “.

Rasulullah SAW bersabda : “ Kalau seseorang manusia meninggal dunia, amal perbuatannya terputus, kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh yang mendoakan orangtuanya “. (HR. Muslim).

Makna hadits ini oleh beberapa ulama dikatakan bahwa pahala dari amalan orang yang sudah meninggal dunia akan terputus oleh kematiannya kecuali tiga hal itu. Namun ketiganya, yaitu harta dan ilmu serta anak, juga dapat menyebabkan dosanya masih akan terus ditunainya. Hal itu karena hakikat penyebab dari pahala dan dosa yang ditimbulkan dari ketiganya itu.

Harta dunia yang diwariskannya dapat menjadi hal maslahat berupa pahala yang terus mengalir baginya di kehidupan akhirat, jika harta yang ditinggalkannya itu memberikan manfaat bagi kebaikan dunia menurut parameter kebaikan berdasarkan nilai-nilai agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Namun justru akan menjadi mudharat berupa dosa yang terus ditunainya di kehidupan akhirat, jika harta yang ditinggalkannya itu telah menjadikan kemaksiatan di dunia, apalagi jika menyebabkan pertengkaran diantara ahli warisnya. Bahkan lebih parah lagi jika hartanya itu malahan dijadikan sarana berbuat kemaksiatan oleh para ahli warisnya. Oleh sebab berhati-hatilah dengan harta dunia, ia dapat memberikan aliran pahala yang tiada terputus, namun dapat membuahkan dosa yang mengalir tiada terputus pula. Sesungguhnya hanya harta berupa sedekah jariyah dan wakaf yang akan menjamin kesejahteraan kehidupan akhiratnya.

Demikan juga dengan ilmu yang ditinggalkannya melalui pengajaran dan tulisannya. Kemanfaatan dan kemudharatan dari ilmunya itu tentu menurut parameter manfaat dan kebaikan berdasarkan nilai-nilai yang diridhoi Allah SWT. Tak berbeda dengan anak keturunannya sebagai hasil didikan dan pengasuhan serta pengajarannya. Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam pengajaran ilmu dan pengasuhan anak. Ingatlah hanya anak keturunan yang soleh dan solehah saja yang akan diterima doa permohonan pengampunan bagi dosa orangtuanya, bukan doa dari anak keturunan yang tak soleh dan tak solehah.

Imam Ahmad pernah berkata bahwa suatu ketika Rasulullah SAW dihadapan beberapa sahabatnya
bersabda : “ Maukah kalian aku tunjukkan orang terbaik di antara kalian ? ”. Para sahabatnya menjawab : “ Mau, wahai Rasulullah “. Selanjutnya beliau Nabi SAW bersabda : “ Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling panjang usianya dan terbaik amalannya“.

Sungguh usia panjang itu adalah aset berharga dan bermanfaat yang mendatangkan pahala baginya, jika usianya itu bernilai keimanan dan kebaikan sesuai dengan kebenaran-Nya. Namun usia panjang itu dapat merupakan kerugian tiada tara bagi dirinya yang akan mendatangkan dosa baginya, jika disepanjang usianya itu berisikan kemaksiatan dan kedurhakaan kepada-Nya.

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan suatu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW : “Ya Allah, biarkanlah aku hidup kalau memang hidup ini lebih baik bagiku, dan cabutlah nyawaku kalau memang kematian itu lebih baik bagiku “.

Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “ Kalau Allah menginginkan kebaikan pada diri hamba-Nya, pasti Allah akan membuatnya beramal ”.Kemudian para sahabatnya bertanya : “ Bagaimana Allah membuatnya beramal ? “. Rasulullah SAW menjawabnya : “ Allah akan memberinya taufik dan hidayah-Nya agar mampu beramal salih sebelum matinya “.

Akhirulkalam. Bersyukurlah bagi mereka yang diberikan kelonggaran usia oleh Allah SWT, seyogyanya usianya itu tidak disia-siakan olehnya. Rasulullah SAW bersabda :

“ Allah telah memberikan udzur kepada seseorang dengan menangguhkan ajalnya, sehingga mencapai usia enam puluh tahun “ (HR. Ahmad).

Dan Rasulullah SAW juga bersabda : “ Sesungguhnya amal perbuatan dinilai sesuai dengan bagian akhirnya “ (HR. Bukhori). Bagian akhir itu adalah saat ajal menjemput kita, akan khusnul khotimah-kah akhir hidup kita ?, Akankah disaat sakaratul maut nantinya ketika lidah di mulut kita telah kelu maka lidah di kalbu kita ini masih akan mampu mengucapkan ‘ Laa Illaha Ilalllah Muhammadur Rasulullah ‘ yang merupakan suatu kalimat jaminan surga bagi kita di kehidupan akhirat kelak ?.

Tulisan ini disadur oleh NN dari buku “ Misteri Umur 60 : Menyibak Pernik-Pernik Usia Kritis Di Ambang Maut “ yang ditulis oleh Ali bin Sa’id bin D’jam dan diterbitkan oleh Wacana Ilmiah Press - Solo.




TABUNGAN AKHERAT MENURUT AL-QUR`AN DAN SUNNAH

Posted on 18.48 by SMART MOSLEM

Saudara-saudariku sesama Muslim yang dimuliakan ALLAH, bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa sebagian besar masyarakat kita telah beramai-ramai dan berlomba-lomba untuk menabung di bank dunia, mereka dibuai oleh iming-iming bunga yang hanya sedikit sekali, mereka telah terjebak oleh propaganda dunia dengan berbagai perumpamaan-perumpamaan yang menyesatkan, seperti jika kita ingin kaya maka rajinlah menabung, padahal ini sangat bertentangan dengan konsep Agama Islam, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Sahabat, “Bagaimana caranya ya Rasul agar kita menjadi kaya?”, maka Rasul menjawab : “Banyak-banyaklah kamu bersedekah.” Melihat konsep diatas sangatlah bertolak belakang bukan?, tetapi kita sebagai Muslim yang cerdas haruslah cepat tanggap dan berfikir cepat, serta belajar dan belajar menuntut ilmu Agama Islam yang benar.


Saudara dan saudariku sesama Muslim, banyak dari kita yang beranggapan bahwa jika kita ingin kaya, maka kita harus rajin menabung dan kenyataannya mereka berlomba-lomba untuk menabung di bank-bank(kami tidak membahas masalah bank yang berhubungan dengan riba) yang ada, menumpuk-numpuk harta mereka dengan harapan mendapat bunga yang rata-rata berkisar 17% per tahun dan kita kaum Muslim semakin terlena dengan konsep yang ditawarkan oleh dunia tentang bagaimana menjadi sukses dan kaya, sehingga banyak dari kita melupakan dan menganggap sepi konsep yang ditawarkan ALLAH tentang bagaimana menjadi muslim yang sukses dan kaya, kalau kita mau mempelajari dan meyakini salah satu konsep yang ALLAH SWT tawarkan dalam Al-qur`an ternyata ALLAH menjanjikan hasil yang sangat luar biasa dari yang ditawarkan bank-bank didunia ini, dan janji ALLAH tentu pasti dan mutlak kebenarannya, marilah kita lihat dalam (Q.S Albaqarah 261) yang berbunyi :

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui".

Secara gamblang ALLAH SWT menerangkan dalam ayat diatas bahwa ALLAH SWT akan membalas sebanyak 700 kali lipat (sebutir benih, menumbuhkan tujuh bulir benih, tiap-tiap bulir ada seratus biji) dari harta yang kita belanjakan di jalanNYA, dan kalau di prosentase berarti sekitar 70.000% ganjaran yang diberikan untuk setiap kita membelanjakan harta kita dijalan ALLAH bukan per bulan ataupun per tahun, bandingkan dengan konsep dan hasil yang ditawarkan oleh bank-bank didunia yang hanya memberikan hasil berkisar 17% per tahun, sangat jauh dari yang ALLAH tawarkan pada kita, tetapi pada kenyataannya banyak dari kita yang lebih tertarik dan terlena pada konsep yang ditawarkan oleh dunia.

Saudara-saudariku sesama Muslim marilah selagi masih ada kesempatan menghirup udara dunia, perbanyaklah menabung untuk akherat lewat konsep yang ALLAH SWT tawarkan dalan Al-baqarah ayat 261, dengan jalan berbagi harta kita dengan orang-orang yang kurang beruntung lewat infaq, shadaqoh dan lain-lainnya, dan lebih utama lagi baik kita dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit maksudnya kita tetap beramal disaat kita kelebihan harta, pas-pasan ataupun dalam kekurangan harta, karena dalam dialog iblis dengan Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW bertanya pada iblis :

Hai iblis apa yang kau rasakan jika umatku bersedekah ?

"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."

"mengapa bisa begitu? " tanya Nabi Muhammad SAW lagi.

"sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."

Itulah keuntungan lain yang ALLAH janjikan jika kita mau dan ikhlas membelanjakan harta kita di jalan ALLAH selain balasan yang 70.000% ada fasilitas lain yang ALLAH janjikan yaitu :

1. keberkahan dalam hartanya,

2. hidupnya disukai

3. harta yang kita belanjakan di jalan ALLAH SWT akan menjadi penghalang antara diri kita dengan api neraka.

4. Yang terpenting dan banyak orang inginkan adalah, bahwa sedekah bisa menjadi alat untuk terhindar dari segala macam musibah dan bencana yang akan menimpa kita, inilah asuransi yang dijanjikan oleh ALLAH pada kita jika kita mau membelanjakan harta kita dijalanNYA.

Saudara-saudariku sesama Muslim marilah sebelum waktu kita didunia ini benar-benar berakhir, pertanda bahwa segala upaya kita mencari bekal untuk kehidupan akherat telah berakhir pula, segeralah kita sambut dengan konsekwen semua konsep yang ditawarkan ALLAH pada kita, jangan ditunda-tunda lagi karena sang kematian telah dengan setia menanti kita di ujung waktu tanpa kita sadari, bagi yang masih awam segeralah tuntutlah dan pelajari agama Islam yang benar yang sesuai Al-qur`an dan Sunnah Rasul, bagi yang telah sampai dan mendapatkan ilmu segera amalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh konsekwen, memang berat sekali dan kenyataannya sangat sedikit orang-orang yang mau mengikuti konsep ALLAH SWT dengan sabar dan istiqomah, sebagian besar dan kebanyakan mendurhakai dan mengabaikan konsep yang ditawarkan oleh ALLAH lewat Al-qur`an dan Sunnah Rasul, dan marilah berdo`a semoga kita termasuk dalam golongan yang sedikit itu.

Saudara dan saudariku sesama Muslim sebagai penutup marilah kita baca kisah shahih berikut ini,

“ Pada jaman dahulu ada seorang pelacur wanita yang sedang berjalan pulang, dalam perjalanan pulang tersebut si pelacur bertemu dengan anjing yang sedang sangat kehausan didekat sebuah sumur, karena sumur tersebut sangat dalam maka anjing tersebut tidak dapat menjangkau air untuk diminum, melihat anjing tersebut si pelacur merasa sangat iba, kemudian dengan menggunakan terompahnya (sandal) sebagai alat untuk mengambil air dan ia merobek syal atau selendangnya yang terbuat dari sutera sebagai tali untuk mengambil air pada sumur tersebut, setelah air bisa diambil maka dengan terompahnya perempuan pelacur tersebut meminumkan pada anjing yang sedang sangat kehausan dan hampir mati, setelah anjing tersebut merasa cukup maka pergilah anjing tersebut., dan ternyata dikarenakan si pelacur menolong anjing yang sedang kehausan maka ALLAH SWT menjanjikan Surga untuknya, dan pelacur tersebut masuk Surga dikarenakan menolong seekor anjing yang sedang kehausan.

Sudara dan saudariku sesama Muslim pertanyaan yang cerdas dan sederhana adalah, apakah kita tidak masuk Surga jika kita mau menolong saudara kita yang kekurangan, apakah kita tidak masuk surga jika mau dan ikhlas membantu adik, kakak, keponakan, atau tetangga disekitar kita yang sedang membutuhkan pertolongan baik itu harta maupun tenaga, sedangkan ALLAH saja menjanjikan Surga pada seorang pelacur yang hanya menolong seekor anjing yang sedang kehausan, apalagi kita yang membantu dan menolong sesama manusia?

Agar tida rancu bagi yang tidak berilmu atau belum sampai ilmunya, bahwa kisah wanita pelacur yang masuk Surga karena menolong seekor anjing yang sedang kehausan itu terjadi bukan pada jaman Nabi Muhammad SAW, Sedangkan kita yang hidup dalam naungan umat Nabi Muhammad SAW, tentu ada persyaratan lain jika kita ingin masuk Surga selain menolong sesama manusia kita juga harus tetap menegakan Shalat, Zakat, dan Puasa di bulan Ramadhan.

Mohon Masukan dan kritiknya


Smart Moslem9


MASALAH KHILAFIYAH DIPANDANG DARI SUDUT AL-QUR`AN DAN HADITS

Posted on 20.58 by SMART MOSLEM

Argumen dan stateman yang berkembang saat ini dikalangan umat muslim adalah, bahwa masalah khilafiyah janganglah dipersoalkan atau diperdebatkan karena demi terjaganya kerukunan dan persatuan intern umat muslim yang diharapkan, bahwa seyogyanya masalah khilafiyah jangan diterangkan, tapi apakah konsep ini sama dengan kemauan ALLAH??, lewat (Q.S Al-Hasy-r ayat 14) ALLAH menyatakan dan menerangkan statemanNYA yang berbunyi sebagai berikut :

…………………”Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.”

Saudara dan saudariku sesama Muslim, perhatikanlah dengan seksama Firman ALLAH SWT diatas, dapat kita ambil pengertian bahwa tidak selamanya persatuan itu dapat membawa kemajuan, oleh karena itu tidak selamanya pula pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” itu selalu benar, sebab sering terjadi justru bersatu kita jatuh, apa sebabnya, persatuan dalam perpecahan, kerukunan dalam permusuhan keadaannya sungguh tidak berbeda dengan kawin paksa, sungguh sedikitpun tidak ada manfaatnya, sekalipun ukhuwah Islamiyah yang dikemukakan itu hanya sekedar semboyan hampa, yang hanya menguntungkan golongan orang-orang yang munafik dan orang-orang yang fasik.

Dalam persoalan persoalan persatuan semacam inilah ALLAH SWT menegaskan sebagaimana tertera pada ayat tersebut diatas, dan untuk itulah ALLAH SWT memberi peringatan kepada kita ummat Islam dengan firmanNYA dalam Al-qur`an (Q.S Ali-Imran ) yang berbunyi sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan sebagai sahabat karibmu selain dari kalanganmu sendiri, mereka tidak henti-hentinya(berikhtiar dan berupaya akan)membawa kamu kedalam bencana, mereka menyukai sesuatu yang menyusahkan kamu, sesungguhnya kebencian telah terbit dari mulut mereka tetapi apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar, Telah Kami jelaskan padamu tandanya, jika sekiranya engkau mau menggunakan akal”.

Perhatikanlah isi ayat tersebut, bahwa kebenaran dari peringatan yang diberikan ALLAH SWT pada ayat tersebut diatas dapat kita lihat dan kita pikirkan dan dapat kita buktikan kebenarannya dalan tarikh atau sejarah, Lihatlah kemenangan Nabi Musa AS dalam melawan kedholiman raja Fir`aun Laknatullah, terjadi setelah Nabi Musa AS berpisah dengan kaum fasiqien (yang melampaui batas dan durhaka), beliau menghindarkan diri dari rangkulan lawan yang melumpuhkan perjuangan beliau, beliau menjauhi persatuan yang merugikan dan dalam stuasi yang demikian ini Nabi Musa AS berdo`a sebagaimana yang tercantum dalam (Q.S Al-Maidah ayat 25) yang berbunyi sebagai berikut :

“ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu"

Perhatikan ayat tersebut diatas, bahwa sesungguhnya persatuan itu bukanlah tujuan, tapi persatuan itu adalah akibat, oleh karena itu bersatu bukan hanya sekedar bersatu sebagaimana bersatunya air dalam kolam tanpa pelepasan tetapi bersatu untuk bergerak menuju suatu muara yang merupakan tujuan bersama.

Bersatu adalah untuk menyusun potensi dan tenaga yang kemudian dapat mempermudah dan mempercepat proses dalam mencapai hasil. Persatuan atau kerukunan yang hanya berbentuk sebagai air yang tergenang tidaklah memberikan suatu manfaat dan kekuatan, persatuan dan kerukunan air yang tidak memiliki pelepasan untuk bergerak hanyalah akan menimbulkan wabah dan berbagai penyakit, maka tidak heran kalau persatuan yang semacam itu mudah sekali disalah gunakan, dalam gerakan untuk mencapai suatu tujuan yang jahat (Bermaksiat kepada ALLAH SWT).

Ingatlah wahai saudara dan saudariku sesama Muslim persatuan yang sebenarnya hanya akan terwujud dalam kalangan orang yang memiliki persamaan tujuan dan jalan dan terjadi dalam lingkungan orang yang hendak membela kebenaran agama ALLAH SWT yaitu Islam, dengan jalan yang benar dan diridhai, dalam arti benar yaitu menurut tuntunan Al-qur`an dan Al Hadits yang syah dan Shakhih, tidak membuat aturan-aturan dan tata cara sendiri menurut kemauan dan hawa nafsunya.

Membela haq dengan jalan haq, tidak dengan jalan menipu rakyat, tidak menggunakan agama sebagai topeng belaka, tidak pula dengan jalan menyebar bid`ah, khurafat, takhayul dan syirik (yang bukan aturan agama dianggap bagian dari agama, sedangkan mereka tidak menyadarinya).

Membela keadilan dengan jalan keadilan menurut Al-qur`an dan Hadits, akibatnya terjadilah suatu persatuan rasa, persepsi, suara dan usaha yang mengarah pada tujuan “MARDLATILLAH” melalui jalan yang sama yaitu SHIRATHAL-MUSTAQIEM dengan rasa tanggung jawab dihadapan ALLAH SWT pada hari kemudian, karena ALLAH dan RasullNYA tidak pernah menciptakan jalan yang berbeda untuk menuju ke hadiratNYA, seperti alasan-alasan yang sering diungkapkan untuk meredam KHILAFIYAH, padahal itu jelas menyesatkan ummat Islam. Sering kita dengar dari para ulama yang menyatakan tentang khilafiyah, “nggak usah diributkan orang Islam tata caranya berbeda, tapi tujuannya kan sama”, jelas sekali pernyataan ini adalah sangat keliru dan bertentangan dengan Al-qur`an dan Hadits Shakhih, yang mengharuskan kita tidak boleh bercerai berai dan tetap berpegang pada tali yang satu, bukankah Shirathal Mustaqien artinya jalan yang lurus bukan jalan yang berbelok-belok penuh tikungan yang dibuat-buat oleh manusia itu sendiri.

Ingatlah bahwa bersatu menyuarakan Al-qur`an dan Sunnah Rasul dan semuanya bergerak dengan nada yang sama atas usaha dan ikhtiar yang halal dan benar, demikianlah terwujudnya persatuan dan keadilan yang bergerak membela kebenaran dan keadilan yang selaras dengan harmoni sifat Nabi Muhammad SAW.

Membela haq dengan jalan haq, tidak dengan model bil-hikmah, Agama ALLAH disesuaikan dengan adat istiadat setempat, yang tidak diridhai ALLAH SWT, sebagaimana amalan-amalan bid`ah, khurafat, takhayul dan syirik dengan menyelengggarakan peringatan Isra` Mi`raj, mengadakan Mauludan, Nuzulul Qur`an, marhabanan dan lain sebagainya. Jadi bukanlah harus gembar-gembor dan berkoar-koar tentang persatuan dalam kalangan umat Musyrikah terutama umat Islam dengan melontarkan issue-issue kerukunan antar umat seagama baik yang bersifat nasional maupun intern untuk kalangan Ormas 0rmas dan partai-partai politik yang bernuansa Islam.

Ketahuilah saudara dan saudariku sesama Muslim, bahwa di dalam Al-qur`an tidak ada dan tidak terdapat perintah dengan kalimat “Bersatulah atau Rukunlah, akan tetapi yang kita dapati dalam Al-qur`an adalah Firman ALLAH SWT yang berbentuk larangan agar jangan bercerai berai dan ber firqoh-firqoh (berkelompok).


Suatu analogi adalah orang Yahudi berkata bahwa Nabi Ibrahim AS itu adalah seorang Yahudi, kemudian orang Nasrani (Kristen) menyatakan pula bahwa Nabi Ibrahim AS adalah seorang Nasrani, selanjutnya ALLAH SWT berfirman dalam Al-qur`an bahwa Nabi Ibrahim AS itu adalah HANIFAN-MUSLIMAN, apakah dengan keadaan seperti itu kesemuanya menjadi benar???

Orang Yahudi mendustakan Nabi Isa AS, sedangkan orang Nasrani menyatakan bahwa Nabi Isa AS adalah Tuhan Yesus, kemudian dalam Al-qur`an ALLAH menerangkan bahwa Nabi Isa AS adalah seorang manusia biasa, hamba ALLAH yang terpilih menjadi Nabi dan RasulNYA, apakah semuanya salah???, Apakah semuanya benar???, siapakah sebenarnya yang ikhtilaf???, oleh karena itu ALLAH SWT memerintahkan untuk bersatu dengan menjalankan syarat-syarat yang tercantum dalam Al-qur`an (QS. Ali-Imran 103) yang berbunyi sebagai berikut :

"Dan berpeganglah kamu dengan tali ALLAH dan janganlah kamu berpisah-pisah (bercerai-berai)"

Maksud ayat diatas adalah meninggalkan kebenaran yang telah diperintahkan untuk kamu pegang, dan tetap menomor satukan Al-qur`an dan Hadits Rasul SAW yang shakhih, janganlah kita berbeda dengan dasar hawa nafsu belaka.

Saudara-saudariku sesama Muslim yang dimuliakan ALLAH, bahwa jalan untuk menuju ridha ALLAH adalah Cuma satu, yaitu jalan yang dibuat oleh ALLAH lewat perantaraan Nabi Muhammad SAW, yang terurai dalam Al-Qur`an dan Hadits Shahih, jadi kalau ada yang berpendapat bahwa jalan menuju ALLAH itu banyak dan dengan cara yang berbeda-beda, maka jelas itu merupakan suatu pendapat yang sangat keliru dan hanya merupakan pendapat yang dibuat atas dasar prasangka belaka.

Mohon Masukan dan kritiknya.
Terimakasih
Smart moslem9


MENGAPA PERINGATAN ISRA`- MI`RAJ DIKATEGORIKAN BID`AH ???

Posted on 06.30 by SMART MOSLEM | 1 komentar

Saudara dan saudariku sesama Muslim, pada tulisan kali ini kami akan sedikit mengulas beberapa contoh perbuatan yang dianggap bid`ah dan dasar-dasar hukumnya serta sejarah yang melatar belakangi kenapa hal itu dilakukan ,sedangkan nabi Muhammad dan para sahabatnya tidak pernah melakukannya, tetapi sekarang kok banyak dilakukan oleh sebagian besar umat Muslim khususnya di Indonesia, baiklah agar kita tidak penasaran akan kita bahas satu persatu.
  • Masalah TAHLIL
Sampai sekarang kami belum pernah membaca atau memperoleh sesuatu fatwa dari para ulama Mutaqaddimin(terdahulu) atau ulama Mutaakhkhirin(zaman sekarang) yang membolehkan orang berkumpul dan makan-makan sambil berdo`a dan membaca surat Yassin dirumah orang Muslim yang sedang ada kematian.
Cuma permasalahannya sekarang masih ada orang-orang yang membaguskan dan membenarkan bahkan menyatakan bahwa perbuatan kumpul-kumpul dan tahlilan sambil makan-makan di rumah orang yang sedang dilanda kematian itu adalag sesuatu sunnah dari Rasulullah SAW.
  • Menurut keterangan dari Madzab yang keempat, yaitu Syafi`ie,Maliki, Hanafi dan Hambali, tidak terdapat satupun keterangan yang membolehkan menahlilkan orang yang sudah mati dan kumpul-kumpul untuk makan-makan dsirumah orang yang sudah mati bahkan dari tujuh hari sampai empat puluh hari dst.
  • Jadi orang-orang yang membagus-baguskan bahkan menyatakan bahwa perbuatan tersebut bersumber dari Madzab yang empat, dengan sendirinya mereka bertentangan dengan fatwa keempat madzab tersebut, tegasnya mereka menentang Madzab yang keempat.
  • Didalam kitab-kitab dari Imam-Imam pengikut Madzab yang empatpun tidak ada yang membolehkannya, bahkan sebaliknya mereka melarangnya karena Rasullulah dan para sahabatnya tidak pernah melakukan tahlilan.
Didalam kitab “IANATUTTOLIBIEN” juz II, halaman 145 dan 146, dari fatwa-fatwa mufti-mufti Mekkah pengikut Madzab yang empat, diantaranya,
fatwa dari Mufti Syafi`ie, Syyid Ahmad Zaini Dakhlan, mereka menyatakan :
  • Ya memang betul apa yang dikerjakan orang diwaktu berkumpul-kumpul dirumah orang yang sedang dilanda kematian serta menyediakan makanan, termasuk bid`ah munkaroh, yang diberi pahala kepada penguasa yang mencegah perbuatan tersebut.


  • Dan memang tidak diragukan lagi bahwa melarang orang-orang yang mengerjakan bid`ah ini, itulah orang-orang yang sebenarnya termasuk menghidup-hidupkan Sunnah Rasul, memtikan segala bid`ah dan membuka pintu kearah kebaikan, dan menutup banyak pintu-pintu kearah kejahatan dan kesesatan.
Fatwa dari Mufti Hanafi, Maliki dan Hambali berkata :
  • Ya memeng betul, yang diberi pahala ialah penguasa yang melarang orang-orang yang mengerjakan perkara-perkara yang masuk bilangan bid`ah dan jelek menurut jumhur Ulama. Dari Mufti Syyid Maliki dan Mufti Sayyid Hambali, telah menjawab dengan jawaban yang sama
  • Jadi perhatikanlah wahai saudara dan saudariku sesama Muslim, dalam urusan agama, ibadah tidak boleh sekali-kali kita mengerjakan sesuatu amalan, melainkan ada perintah dari ALLAH dan RasulNya, mengerjakan sesuatu ibadah atau yang menyerupai ibadah padahal tidak ada perintah dari ALLAH dan tidak ada contohnya dari Rasullulah maka itu dinamakan bid`ah, setiap bid`ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
Imam atau Madzab Maliki berkata dalam “Al-I`tisham” yang artinya adalah sebagai berikut :
  • “Barang siapa yang mengadakan suatu bid`ah, dalam bid`ah mana ia menganggap itu adalah bid`ah khasanah, maka seolah-olah ia menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW, telah mengkhianati ke-RasulanNya",
karena ALLAH SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah yang berbunyi :
  • “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kamu agamamu, maka apa-apa yang bukan bagian dari agama Islam pada hari itu, tidak pula menjadi bagian dari agama pada hari ini".
Dari keterangan ini Madzab menyatakan bahwa bid`ah dalam agama adalah sesat semuanya dan tempatnya di neraka semuanya.
Dalam kitab “TIRYAQUN-NAFI”, Madzab Syafi`ie berkata :
  • “Barang siapa yang membaguskan sesuatu amalan yang menyerupai ibadah, padahal bukan syara` dari ALLAH dan RasulNya, sama saja dengan membuat agama baru”
Imam Royyani mengatakan :
  • “Barangsiapa yang membikin syara` (aturan sebagaimana agama, padahal bukan syara` dari ALLAH dan RasulNya), maka orang itu telah kafir”
Demikianlah pembahasan tentang tahlil, yang kami ambilkan dari sebagian dalil-dalil yang bersangkutan dengan masalah tahlil tersebut, mudah-mudahan para pembaca menjadi jelas.
  • Masalah ISRA` MI`RAJ dan RAJABIYAH
Rajabiyah berasal dari kata rajaban yang berarti malu, dan boleh juga diartikan sebagai mulya, karena diambil dari kata tarjib, yang artinya ta`dhim, maksudnya ialah memulyakan bulan rajab, yaitu yang terletak antara bulan jumadil-akhir dan bulan sya`ban.
Adapun apa sebabnya bulan ini disebut demikian, karena dahulu di zaman bahari, suku golongan Mudhor yaitu sebuah kabilah di tanah Arab, mempunyai adat cara kebiasaan merayakan dan memuliakan bulan Rajab, sampai masyhur dan popular dan orang menyebutnya dengan Rajab Mudhor.
Kemudian pada zaman jahiliyah, orang Arab Quraisy (Mekkah) pun pada tiap tanggal 10 bulan Rajab selalu menyelenggarakan sembelihan serta nadzar untuk kebaktian yang ditujukan pada Dewa-dewanya, upacara tersebut dinamakan Rojabiyah, yang bila kita terapkan atau kita samakan dalam tata cara orang Indonesia sekarang disebut Rajaban atau Isra` Mi`raj.
Perayaan Rajaban atau Isra` Mi`raj plus sembelihan Rajabiyah dinamakan AL-ATIRAH, sembelihan tersebut biasanya diselenggarakan oleh golongan-golongan orang kaya, sembelihan atirah untuk berbakti pada dewa-dewa atau patung-patung yang dipuja-puja dengan upacara diambil darahnya, yang kemudian dipergunakan untuk melumuri berhala-berhala yang didewa-dewakan dan disembah oleh mereka, dan upacara atirah masih juga berlangsung ketika Islam mulai lahir, dan upacara tersebut masih dijalankan oleh orang-orang pada waktu itu, baru kemudian setelah datangnya larangan dari Nabi Muhammad SAW maka upacara atirah tersebut telah dihapus dan tidak dilakukan lagi sebagaimana yang tertulis dalam kitab Bukhari dan Muslim yang berbunyi :
  • “Tidak ada fara`, dan tidak ada atira (sembelihan)
dan diantaranya dalam kitab DURRATUN NASHIMIN diriwayatkan bahwasanya atirah pada zaman jahiliyah ialah berpuasa pada tiap bulan Rajab dan sambil menyelenggarakan upacara sembelihan serta suatu perayaan untuk memuliakannya, demikianlah asal-usul upacara dan memuliakan bulan Rajab.
Berdasarkan riwayat tersebut tidak ada dalam agama Islam yang dasarnya Al-qur`an dan hadits yang shakheh dan tidak ada satupun dari hadits yang shakheh yang menerangkan sunnah puasa di bulan Rajab, jadi teranglah bahwa puasa rajabiyah adalah suatu amalan yang bid`ah, bid`atun, munkarotun, dholatun, mubinatun, padahal ada sebagian mubaligh yang menerangkan dimuka umum bahwa puasa Rajab adalah sunnah, jelas sekali bahwa mubaligh tersebut benar-benar telah langcang.
  • Tolong diperhatikan, sejak zaman Rasulullah SAW, berkembangnya agama Islam hingga abad ke tiga, tidak ada suatu upacara Rajabiyah atau peringatan Isra`-Mi`raj, demikian pula upacara perayaan Muludan dan Sya`ban, baca surat Yasin dan sebagainya yang dihubungkan dengan kepentingan agama. Pada zaman para Imam-Imam atau Madzab yang empat pun, perayaan Isra` Mi`raj, Rajabiyah, tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi, karena memang bukan bagian dari agama Islam, maka kini jelaslah setelah abad ke tiga yakni pada permulaan abad ke empat, perayaan tersebut baru muncul dan tumbuh dengan pesat sampai Indonesia, bersamaan dengan itu muncul pula Hadits maudhu` (palsu) yang memang diciptakan untuk mendukung perayaan-perayaan tersebut,.
Sebagai salah satu contoh dari Hadits maudhu` yang mendukung perayaan Rajaban adalah sebagai berikut : “Aku (Nabi Muhammad SAW) telah melihat pada malam aku Mi`raj sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih dingin daripada sallju dan lebih harum daripada misik, aku berkata pada Jibril : untuk siapakah ini, mlaikat Jibril menjawab : untuk orang-orang yang bershalawat atas engkau (Muhammad SAW) pada bulan Rajab.
Demikianlah salah satu contoh Hadits yang dibuat-buat oleh orang-orang yang akan merusak agama ALLAH, mencampur adukan yang benar dan yang salah, padahal ucapan tersebut tidak pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW, tidak pernah didengar oleh Sahabat dan tidak dikenal oleh para Madzab yang empat, Hadits tersebut terutama tentang puasa bulan Rajab tiba-tiba muncul pada abad ke empat dan disebarkan oleh ulama-ulama yang tidak mengerti tentang Hadits, dan dianjurklan kepada saudara-saudariku sesama Muslim yang masih awam, agar lebih berhati-hati dalam menyikapi beberapa hadits yang palsu, tetaplah kita menuntut ilmu tentunya ilmu agama Islam yang benar, atau ikuti terus situs smartmoslem9, yang mudah-mudahan dalam waktu dekat akan mengupas tentang Hadits.
Tulisan berikut akan membahas masalah bid`ah yang lainnya
Bersambung……..
Semoga bermanfaat
Mohon masukan dan kritiknya