MEMBEDAH AKAR BID`AH

Posted on 16.31 by SMART MOSLEM

Ali Hasan Al Halabi Al Atsari


“Sedikit dan sesuai Sunnah Lebih Baik daripada Banyak Tetapi Bid`ah”

Segala puji bagi ALLAH yang telah menyempurnakan agama Islam dan dengan itu Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita semua serta meridhai Islam sebagai agama kita. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan seluruh umat Islam, yang jika berteladan kepadanya, kita tidak akan tersesat untuk selamanya, para sahabat serta pengikutnya yang senantiasa berpegang teguh dengan sunnahnya serta selalu berjuang untuk menghidupkannya dan menumpas seluruh bentuk bid`ah yang bukan dari ajarannya.

Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah SAW, seburuk-buruk perbuatan adalah perkara yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat dan setiap kesesatan akan masuk neraka.

Merebaknya berbagai kejahatan dan maksiat telah membuat sebagian besar manusia melihat, bila seorang Muslim jatuh ke dalam bid`ah jauh lebih baik daripada terjatuh kedalam maksiat. Padahal pandangan tersebut bertolak belakang dengan pandangan para salafus shaleh yang merupakan teladan bagi kita dalam mengamalkan agama Islam ini. Sebagai contoh adalah pernyataan-pernyataan mereka berikut ini :

Sufyan Ats-Tsauri berkata : “Bid`ah lebih disukai iblis daripada maksiat, sebab maksiat akan ditaubati, sedang bid`ah tidak akan ditaubati”.

Ada sebagian ahli bid`ah datang kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan berkata, “Kami membuat manusia bertaubat,

“Maka beliau berkata, “Dari apa kalian membuat mereka bertaubat?” Ia berkata,”Dari merampok, mencuri, dan lain-lain,”beliau berkata, “Kondisi mereka sebelum kalian taubatkan adalah lebih baik daripada kondisi mereka setelah kalian taubatkan, sebab dulu mereka orang-orang fasiq yang meyakini haramnya sesuatu yang mereka lakukan dan mereka mengharapkan rahmat ALLAH dan bertaubat kepada-Nya, atau mereka mempunyai niat untuk taubat, lalu kalian jadikan mereka dengan taubat yang kalian sebutkan sebagai orang-orang yang sesat, musrik dan keluar dari syari`at Islam, Mereka mencintai apa yang dibenci ALLAH dan membenci apa yang disukai ALLAH, dan saya menjelaskan bahwa bid`ah-bid`ah yang mereka lakukan dan juga oleh selain mereka, adalah lebih buruk daripada bentuk-bentuk maksiat.”

Kesimpulannya, bahwa bid`ah lebih besar bahayanya dari maksiat, sebab bid`ah menyentuh dasar agama, sedangkan maksiat berkaitan dengan pribadi orang yang maksiat, lalu boleh jadi dia kembali darinya karena mengetahui bahwa yang dilakukannya dibenci oleh ALLAH dan disenangi iblis.

Adapun orang yang melakukan bid`ah, pada umumnya atau sebagian besar tidak akan meninggalkannya karena mengira hal itu sebagai kebajikan yang diridhai ALLAH dan dibenci orang yang lalai, dan bid`ah akan menular dari satu orang kepada orang lainnya, jika ia bersih darinya(pelaku bid`ah), maka orang lain akan menjadi najis karenanya.”

Walaupun bid`ah itu jelas-jelas merupakan kesesatan yang nyata, namun dalam menyadarkan pelakunya, kita tetap diperintahkan oleh ALLAH untuk menda`wahi mereka dengan penuh hikmah, nasehat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik pula, karena ketika kita menda`wahi orang kafir saja kita diperintahkan untuk berlemah lembut, tentu kita harus lebih lemah-lembut lagi dalam menasehati sesame Muslim, sebagaimana dikatakan dalam Al-qur`an bahwa orang-orang Muslim itu keras kepada orang-orang kafir, namun lemah-lembut terhadap sesama Muslim.

Da`wah yang penuh bijaksana akan lebih mudah diterima daripada da`wah yang kasar dan sporadis, sebagaimana Firman ALLAH SWT dalam (QS. Ali Imran : 159)

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Akhirnya semoga kita termasuk orang yang berjuang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW, juga berjuang membasmi setiap bentuk bid`ah yang disusupkan kedalam ajaran agama Islam oleh orang-orang yang memusuhi Islam atau oleh orang-orang yang lalai, Jika tidak maka ALLAH akan senantiasa membangkitkan pada setiap masa orang-orang yang akan melakukan itu semua, sehingga ajaran Islam tetap utuh dan terjaga, dan kitapun dapat meyakini bahwa ajaran agama Islam yang ada sekarang ini adalah sama persis dengan ajaran yang dipahami oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dan inilah salah satu mukjizat yang ALLAH berikan kepada umat ini, selanjutnya akan kita berikan gambaran secara gambling bagaimana hakikat bid`ah, bagaimana membedakan antara bid`ah dan sunnah serta bagaimana agar kita selamat dari semua bentuk-bentuk bid`ah yang busuk itu.


KESEMPURNAAN DAN KECUKUPAN SYARI`AH

ALLAH berfirman dalam (QS. Al-Maidah: 3) yang berbunyi :

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Ayat yang mulia ini menunjukan tentang kelengkapan dan kesempurnaan syari`at serta kecukupannya dalam segala hal yang dibutuhkan orang-orang dimana mereka diperintahkan ALLAH untuk mengabdi kepada-Nya seperti ditegaskan dalam Firman ALLAH SWT dalam (QS. Adz-Dzariat: 56)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Ketika menjelaskan ayat ke-tiga dari surat Al Maidah tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :

“Ini adalah nikmat yang terbesar dari berbagai nikmat yang ALLAH berikan kepada umat ini, Yaitu ALLAH telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain dan juga tidak membutuhkan Nabi selain Nabi Muhammad SAW, oleh karena itulah, ALLAH menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada seluruh manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya dan tidak ada yang haram melainkan apa yang diharamkannya serta tidak ada agama yang benar kecuali agama yang disyari`atkannya."

Setiap hal yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah benar dan tepat, tanpa ada kebohongan dan kekeliruan sedikitpun didalamnya, ALLAH berfirman ,

”Dan sempurnakanlah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil.”

Artinya, benar dalam berita serta adil dalam perintah dan larangan-Nya. Maka ketika ALLAH menyempurnakan agama bagi umat Islam, berarti telah sempurna pula nikmat yang ALLAH berikan kepada mereka.

Karena itu , tidak dibenarkan jika seseorang membuat ketentuan baru dalam syari`at, sebab menambahkan syari`at berarti mengkoreksi dan menyalahkan ALLAH dan memberi pengertian bahwa syari`at masih kurang dan belum lengkap, tindakan tersebut jelas bertolak belakang dengan apa yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur`an, Maka tidak terbayangkan bila manusia menambahkan syari`at ALLAH dan dianggap tidak tercela.

Pemahaman ini adalah pemahaman yang diyakini oleh semua ulama Islam, dan segala puji bagi ALLAH, tetapi sayang kebanyakan manusia mengingkarinya, sebagaimana dalam Firman ALLAH SWT:

“Dan mereka mengingkari karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini kebenarannya”

Bersambung