BAGAIMANA MENJADI MUSLIM YANG CERDAS DALAM KORIDOR AL-QUR`AN DAN AS-SUNNAH

Posted on 07.12 by SMART MOSLEM | 3 komentar

Para pembaca yang dimuliakan ALLAH, sebagian saudara kita yang Muslim banyak yang masih gamang dan bingung bagaimana semestinya harus bersikap dalam menjalankan agama Islam yang telah menjadi bagian dari dirinya, sebagian ada yang cuek saja dan menjalani hidup apa adanya yang penting saya beragama Islam (dalam KTP), tanpa ada suatu usaha untuk dapat memahami bagaimana Islam itu yang sesungguhnya, sebagian lagi ada yang beranggapan kalau Islam itu, yang penting saya sudah menjalankan Shalat, Puasa, Zakat dan berbuat baik pada sesama, tapi apakah dalam Islam, hanya mengerjakan masalah Shalat, Puasa, Zakat, Haji dan sebagainya sudah dianggap cukup dimata ALLAH?, tentunya tidak demikian, Islam tidak hanya mengajarkan Shalat, Puasa, Zakat dan lain-lain, tapi ternyata ada empat tahapan yang harus kita jalani supaya kita dianggap oleh ALLAH sudah menjalankan Islam secara utuh, dan sebagai seorang muslim yang cerdas, kita wajib dan harus mempelajari empat hal tersebut yaitu sebagaimana terdapat dalam (QS. Al-Ashr), yang berbunyi sebagai berikut :
  • “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Membaca surat Al-Ashr diatas sangatlah jelas sekali dan terang benderang, bahwa ALLAH SWT bersumpah bahwa semua orang di dunia ini, tanpa kecuali semunya dalam keadaan rugi atau bangkrut, termasuk kita orang Islam (apalagi Cuma Islam di KTP), tetapi di Surat tersebut dengan jelas dan terang benderang pula ALLAH memberikan solusi atau persyaratan, agar kita dapat menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat, mungkin pembaca ada yang kaget mengapa saya sebutkan diatas orang Islam juga termasuk yang dikategorikan ALLAH sebagai kelompok yang bangkrut, dan untuk penjelasan berikutnya saya fokuskan pada orang Islam saja, mengapa?, karena sebelum menginjak penjelasan selanjutnya, kita harus pastikan dulu bahwa kita orang Muslim (tentunya kita semua tahu awal untuk masuk Islam adalah mengucapkan dua kalimat syahadat), nah yang jadi permasalahan adalah apakah kita sekarang termasuk golongan umat Ismam yang dalam keadaan merugi / bangkrut, ataukah kita umat Islam yang termasuk dalam kategori yang beruntung? Silahkan kita jawab dalam hati kita masing-masing setelah membaca uraian yang selanjutnya., dalam surat Al-Ashr yang pertama ALLAH bersumpah dengan masa yang terdalamnya terdapat peristiwa-peristiwa yang baik maupun yang buruk, dan sebagaimana disebutkan diatas bahwa semua manusia pasti merugi kecuali yang memiliki empat sifat (melalui empat tahapan), yaitu Iman, amal shaleh, saling menasehati supaya menaati kebenaran, dan saling menasehati supaya menepati kesabaran, yang kalau kita rangkum menjadi kalimat sederhana yang bisa kita mengerti adalah, Iman (iman hanya bisa tercapai dengan ilmu) karena semuanya harus dipelajari dengan menuntut ilmu terutama ilmu agama Islam yang benar (yang berdasar pada Al-qur`an dan as-sunnah) dan ini mau tidak mau kita harus memaksakan diri untuk belajar agama Islam secara benar, dimana ia tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun diakhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam tersebut, amal shaleh adalah memaksanya untuk bersungguh-sungguh mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sampai mati setelah mengetahui ilmu agama Islam, nasehat-menasehati untuk menegakkan kebenaran bersungguh-sungguh mendakwahkan dan mengajarkan kepada yang tidak mengetahuinya, nasehat-menasehati untuk menetapi kesabaran memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan manusia dalam berdakwah dan kita lakukan itu untuk mengharap ridho-NYA, kalau kita sudah melaksanakan ke empat tingkatan itu barulah kita dianggap ALLAH sebagai manusia yang beruntung, dan masuk golongan robbaniyyin.


  • Imam Asy-Syafi`I berkata : “Seandainya ALLAH tidak menurunkan hujah bagi manusia selain surat ini, niscaya telah cukup bagi mereka”

  • Yang dimaksud beliau adalah bahwa surat ini cukup bagi manusia untuk mendorong berpegang teguh kepada keimanan, amal shaleh, dakwah kepada ALLAH, dan kesabaran kesabaran diatas itu semua. Yang beliau maksudkan bukanlah bahwa surat ini cukup bagi manusia untuk menjelaskan seluruh syariat Islam.Ucapan beliau, Andaikan ALLAH tidak menurunkan hujah kepada manusia, kecuali surat ini, niscaya telah mencukupi mereka,” adalah karena jika seseorang yang mempunyai akal pikiran sensitive, tentunya mendengar atau membaca surat Al-Ashr ini, pasti berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian, dengan berusaha memiliki empat sifat atau empat tingkatan dalam surat Al-Ashr tersebut yaitu, Iman, Amal shaleh, Saling menasehati untuk melaksanakan kebenaran, dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.
Secara detail ke empat tahapan didalam Surat Al-Ashr adalah :

  • 1. Ilmu (mempunyai dan mempelajari Ilmu), (Iman)
Setelah kita mengaku sebagai orang Islam wajib bagi kita untuk menuntut ilmu, tentunya hal ini di fokuskan untuk ilmu agama dan yang berhubungan dengan masalah-masalah ibadah, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

  • "Menuntut ilmu itu hukumnya wajib (jika dikerjakan mendapat pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa) bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan, waktunya dari buaian bunda (bayi), sampai masuk liang kubur (mati)"



Jelas dan terang sekali bukan hadits diatas, kalau kita sudah mengaku sebagai orang Islam (Muslim), maka kita sudah terkena hukum wajib dalam menuntut ilmu, kita tentunya tahu bahwa kata-kata wajib berarti jika dikerjakan/dilaksanakan kita akan mendapat dosa dan jika ditinggalkan/diabaikan kita akan mendapat murka dan dosa, dan waktunya pun dalam Islam tidak terbatas selama hidup dari kita lahir / bayi sampai kita mati, dan yang umum terjadi dan sangat memprihatinkan di kalangan kita, adalah jika kita sudah merasa dewasa atau tua kita jadi enggan untuk menuntut ilmu, maka dari itu saudaraku sesama muslim, sebelum kita dijemput oleh sang ajal, tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya, agar kita tergolong orang yang beruntung,
  •  karena kematian itu datangnya lebih cepat dari yang kita perkirakan.

Ada alasan yang sangat kuat dan mendasar mengapa kita harus ber ilmu, dalam Al-Qur`an disebutkan bahwa kita dilarang mengerjakan suatu ibadah yang kita tidak tahu ilmunya, karena agar agama Islam kita menjadi benar itu semua harus kita raih melalui ilmu, karena hal-hal yang mendasar dalam Islam harus dilandasi dengan Ilmu, Shalat kita harus tahu ilmunya, puasa kita juga harus tahu ilmunya dan lain-lainnya.
Ilmu dapat diartikan sebagai : mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya, dengan seyakin-yakinnya (dalam Islam dasarnya adalah Al-Qur`an dan al-Hadits sh

  • Pengetahuan ilmu itu memiliki enam tingkatan yaitu :
Pertama : Al`Ilmu, yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya, dengan seyakin-yakinnya.


Kedua : Al-Jahlu `l-Basith, yaitu ketidak tahuan mengenai sesuatu sama sekali.


Ketiga : Al-Jahlu `l-Murokkab, yaitu mengetahui sesuatu berbeda dari hakikatnya


Keempat : Al-Wahmu, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dengan kemungkinan kuat mengenai kebalikannya.


Kelima : Asy-Syakk, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dengan kemungkinan sama mengenai kebalikannya.


Keenam : Azh-Zhoon, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dengan kemungkinan lemah mengenai kebalikannya

  • Sedangkan ilmu itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ilmu dhorur`i yaitu ilmu yang obyek pengetahuan didalamnya bersifat semi pasti, tidak perlu pemikiran dan pembuktian. Misalnya pengetahuan bahwa api itu panas, es itu dingin., Sedangkan ilmu nazhori` adalah membutuhkan pemikiran dan pembuktian, misalnya mengenai kewajiban berniat dalam berwudhu, shalat, puasa dan lainnya.
Adapun ilmu yang akan kita bahas disini, kita rangkum menjadi tiga saja yang menjadi dasar dan pondasi kita sebagai seorang muslim yaitu, ilmu mengenal ALLAH, ilmu mengenal Nabi-NYA, DAN ILMU MENGENAL Dinul (agama) Islam

  • MENGENAL ALLAH SWT
Mengenal ALLAH mengandung maksud bahwa mengenal ALLAH SWT dengan hati, yang berakibat kepada penerimaan secara ikhlas dan mantap mengenai syari`at yang ditetapkan-NYA, ketundukan dan kepatuhan kepada-NYA, serta menjadikan syari`at-NYA yang dibawa oleh Rasul-Rasul-NYA sebagai penentu hukum, seorang hamba bisa mengenal ALLAH SWT dengan memperhatikan ayat-ayat syar`iyah yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW, serta memperhatikan ayat kauniyah yang terdapat pada makhluk-makhluk ALLAH, karena semakin seseorang itu memperhatikan maka semakin bertambahlah pengetahuannya tentang Penciptanya dan Rabb yang diibadahinya, sebagaimana Firman ALLAH (QS. Adz-Dzariyat : 20-21)

  • “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan”?


  • MENGENGENAL NABI-NYA
Mengenal Nabi maksudnya mengenal atau mengetahui Rasulullah Muhammad SAW, dengan pengetahuan yang mengakibatkan penerimaan kepada petunjuk dan ajaran yang benar yang dibawa oleh beliau, membenarkan segala hal yang dikabarkannya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, menjadikan syari`atnya sebagai sumber hukum, yang dasar dan terpenting adalah harus merasa puas dan cukup dengan syari`at yang dibawa beliau Rasulullah SAW, jangan menambah-nambah atau mengada-adakan syari`at yang bersumber pada akal dan hawa nafsu kita, dan rela serta ikhlas menerima ketentuan yang ditetapkan beliau. Sebagaimana firman ALLAH dalam (QS. An-Nisa` : 65) :

  • “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

    (QS. An-Nur : 51) :
  • “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. An-Nisa` : 59) :

  • Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”


(QS. An-Nur : 63) :

  • “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
Imam Ahmad ra berkata :

  • “Tahukah kalian, apakah fitnah itu? Fitnah adalah perbuatan syirik. Bila seseorang membantah sebagian firman-NYA, barangkali ada sedikit penyimpangan yang terlintas dihatinya, sehingga ia binasa.”

  • MENGENAL DINUL (AGAMA) ISLAM
Makna Islam secara umum adalah beribadah kepada ALLAH dengan syariat yang telah ditetapkan-NYA, sejak ALLAH mengutus rasul hingga terjadinya hari kiamat nanti. ALLAH SWT menyebutkan hal ini dalam banyak ayat yang menunjukan bahwa seluruh syari`at yang ada pada masa yang dahulu, merupakan wujud dari Islam (ketundukan) kepada ALLAH SWT, ALLAH Ta`ala berfirman mengenai Ibrahim dalam (QS. Al-Baqarah : 126) :

  • “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".


Sedang Islam dalam arti khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW, adalah syari`at yang di bawa Nabi Muhammad SAW, sebab syari`at yang dibawa beliau telah menghapuskan seluruh syari`at yang terdahulu.
Barangsiapa mengikutinya maka dia disebut Muslim, sedangkan yang menentangnya bukan Muslim (kafir), orang-orang Yahudi adalah disebut Muslim di zaman Nabi Musa as, orang-orang Nasrani adalah Muslim di zaman Nabi Isa as, adapun setelah Nabi Muhammad SAW diutus, lantas mereka menentang kepada beliau, maka mereka bukan Muslim (kafir).
Islam adalah satu-satunya agama yang diterima disisi ALLAH dan yang sangat berguna bagi penganutnya,. ALLAH SWT berfirman dalam (QS. Ali Imran : 85) :

  • “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Islam adalah agama yang sudah di tetapkan ALLAH sebagai agama yang sempurna, baik dalam ibadah, tata cara, dan aturan yang lainnya, karena perlu di ingat kalau kita membuat aturan baru yang tidak berdasar kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul SAW yang shahih, berarti kita mengkhianati ALLAH SWT yang telah memberikan statemen dalam (QS. Al-Maidah : 3) :

  • “Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”


Agar kita tidak terjebak pada ibadah yang tidak ada dasar hukumnya dari ALLAH SWT dan Rasul SAW, karena itu merupakan suatu pengkhianatan yang sangat berat, ibarat kita membuat agama baru dan tandingan selain agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, silahkan pelajari di bagian Bid`ah pada Bog Smart Moslem ini.
Setelah kita tahu ilmu tentang ALLAH, Rasul-NYA, dan tentang Agama Islam (untuk permasalahan Shalat, Puasa, Zakat, Haji, serta mengenai Nabi Muhamad SAW dan para sahabatnya, akan dibuat tersendiri dalam judul yang lain, dan mudah-mudahan InsyaALLAH dalam waktu dekat akan dimuat di Posting baru Smart Moslem, tentunya semuanya berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits yang shahih), apakah di hadapan ALLAH kita sudah termasuk kategori manusia muslim yang beruntung?, jawabannya ternyata kita masih dalam kategori manusia muslim yang masih merugi, walaupun kita sudah menuntut ilmu, tentang ALLAH, Nabi SAW, dan Din Islam, kita masih tetap dianggap ALLAH masih merugi sebelum kita masuk dalam tahap selanjutnya, yaitu setelah memperoleh ilmu tersebut kita wajib dan harus mengamalkannya dalam kehidupan kita setiap hari sampai maut datang menjemput.

  • 2. Mengamalkannya (amal shaleh)
Yang dimaksud mengamalkannya artinya melaksanakan konsekwensi-konsekwensi ilmu pengetahuan yang telah kita dapat tersebut, yaitu beriman kepada ALLAH dan mentaati-NYA dengan cara melaksanakan perintah-perintah-NYA dan meninggalkan larangan-larangan-NYA, baik dalam ibadah khoshoh maupun ibadah muta`adiyah, contoh ibadah khoshoh adalah Shalat, Puasa, haji, sedangkan ibadah muta`adiyah adalah amar ma`ruf nahi munkar, jihad fi sabilillah, dan sebagainya.
Hakikatnya, amal adalah buah ilmu yang kita pelajari, jangan sampai kita seperti yang tersebut dibawah ini :
  • “Siapa beramal tanpa ilmu ia seperti orang Nasrani”
Nabi Isa diutus oleh ALLAH adalah khusus untuk kaum tertentu yaitu Bani Israel, tidak untuk kaum diluar itu, seperti dalam (QS. Ali Imran : 49) :

  • “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman."

  • Nabi Isa (Yesus) juga menganggap dirinya sebagai Nabi khusus untuk Bani Israel, dan apabila ada orang lain di luar kaum Bani Israel mendekati, maka dia akan mengusirnya, seperti dalam Injil Matius XV : 21-26, kita secara gamblang dan jelas dapat membaca sebagai berikut :
“Maka Yesus keluarlah dari sana, serta berangkat ke jajahan Tsur dan Sidon, Maka adalah seorang perempuan Kanani dating dari jajahan itu, serta berteriak, katanya : Ya Tuhan, ya anak Daud, kasihanilah hamba, karena anak hamba anak hamba yang perempuan dirasuk setan terlalu sangat.
Tetapi sepatah katapun tidak dijawab oleh Yesus kepada perempuan itu, maka datanglah muridnya meminta kepadanya, serta berkata : Suruhlah perempuan itu pergi, karena ia berteriak-teriak dibelakang kita.
Maka jawab Yesus : “Tidaklah aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israel”


  • Jelas sekali didalam Al-Qur`an dan injil disebutkan bahwa Nabi Isa / Yesus hanya diutus untuk bangsa Bani Israel, bukan kepada bangsa yang lain, jadi kesimpulannya ilmu agama yang diberikan Nabi Isa /Yesus hanya diperuntukan khusus untuk Bangsa Bani Israel / domba-domba yang sesat dari antara Bani Israil.



Jadi jika kita merasa bukan bagian dari bangsa Bani Israil, dan sekarang kita mengamalkan ajaran dari Nabi Isa / Yesus, maka jelas akan salah alamat dan membuat kesalahan yang besar didunia, makanya Siapa beramal tanpa ilmu, ia seperti orang Nasrani, karena ilmunya hanya untuk bangsa Bani Israel, sedangkan jika kita bukan bangsa Bani Israel, tetapi mengamalkan ajaran dari Nabi Isa / Yesus berarti secara logika kita tidakunya Pondasi karena kita tidak diberi ilmu oleh Nabi Isa / Yesus.


  • “Siapa berilmu namun tidak beramal, ia menyerupai orang Yahudi”
Seperti sudah dijelaskan diatas, bahwa Nabi Isa / Yesus hanya diutus untuk bangsa Bani Israel (Yahudi), tidak untuk bangsa yang lainnya, jadi hanya orang Yahudi yang diberi ilmu dan berhak mengamalkannya, tetapi keadaan berkata lain, malah orang Yahudi tidak mau mempercayai dan menentang Nabi nya (Isa as) / Yesus, bahkan membunuh Nabinya sendiri (Yesus dibunuh dengan cara disalib versi Injil), tapi sebenarnya dalam Al-Qur`an Nabi Isa diangkat ALLAH ke langit, dan digantikan sahabat yang mengkhianatinya yaitu Yudas untuk dibunuh dan disalib oleh orang Yahudi).
Penjelasannya adalah bangsa Bani Israel (Yahudi), diberikan ilmu agama oleh Nabi Isa / Yesus tapi mereka menolaknya dan tetap mempertahankan agama nenek moyangnya, tetapi yang sudah dikatakan dalam Kitabullah dan Injil bahwa ilmu itu hanya untuk bangsa Bani Israil, tetapi malah yang mengamalkan ajaran dari Nabi Isa / Yesus adalah bangsa-bangsa / kaum yang lain termasuk bangsa Indonesia sendiri.
Untuk kita kaum Muslimin sendiri itu harus : Berilmu dan mengamalkannya, karena jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh alam baik jin ataupun manusia. Tapi apakah jika kita sudah berilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita sudah termasuk kategori manusia muslim yang beruntung? Jawabannya masih belum, karena ada satu tugas dan tahap lagi yang harus kita lalui yaitu mendakwahkan pada orang lain yang belum mengerti.

  • 3. Mendakwahkannya (Nasehat-menasehati untuk menegakkan kebenaran)
Mendakwahkannya maksudnya adalah mendakwahkan syari`at ALLAH yang telah dibawa Rasul SAW, untuk berdakwah tidak harus menjadi seorang ustadz atau da`I dulu, setiap kita yang telah memperoleh ilmu (walaupun Cuma satu ayat), dikenai hukum yang wajib untuk menyampaikan kepada yang belum mengetahuinya, terutama ditujukan pada keluarga dekat kita dulu, jadi jangan ada alasan kita tidak mau berdakwah sebelum kita pintar atau jadi da`i dulu, sebelum ajal menjemput laksanakanlah perintah yang kedua dari surat AL-Ashr untuk berdakwah (saling menasehati dalam menetapi kebenaran), tahapan dakwah ada tiga atau empat, Firman ALLAH SWT (QS. An-Nahl : 125) yang berbunyi :

  • “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Sedangkan tahapan dakwah yang keempat adalah : (QS. Al-Ankabut : 46) yang berbunyi sebagai berikut :

  • “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".
Kalau kita perhatikan dari kedua ayat diatas sangat jelas sekali kalau kita dalam berdakwah harus, menyeru manusia dalam keadaan baik, dan lemah lembut, tidak boleh pakai kekerasan (apalagi pakai bom segala), karena hanya ALLAH lah yang mengetahui siapa-siapa yang tersesat dari jalan-NYA, dan siapa-siapa orang yang mendapatlkan petunjuk, jadi kita sebagai manusia moslem tugas kita hanya terbatas pada menyampaikan peringatan ALLAH terutama pada manusia yang belum mengetahui, tidak lantas bertindak menghakiminya jika orang yang kita akwah menolak atau mencaci kita, karena kita berdakwah dasarnya adalah untuk mencari keridhaan ALLAH, perkara orang yang kita beri peringatan mau atau tidak mengikuti jalan ALLAH itu bukan wewenang kita tapi sepenuhnya hak mutlak ALLAH, dan jika kita bertindak diluar wewenang kita karena ada manusia yang tidak mau mengikuti jalan ALLAH lantas kita melakukan kekerasan misalnya dengan terror bom, pembunuhan dan sebagainya, itu adalah suatu tindakan yang sangat salah dan berlebihan, kita telah melampaui wewenang kita sebagai manusia, kita perhatikan waktu Nabi Muhammad SAW berdakwah pada orang-orang kafir quraisy, beliau kemudian dilempar dengan batu dan kotoran unta, sampai malaikat Jibril menawarkan pada beliau akan mengangkat gunung Uhud dan akan dilemparkan pada orang kafir yang menyakiti beliau, tapi beliau menolak dan malah berdo`a pada ALLAH agar mereka yang menyakiti beliau diberi petunjuk dan hidayah, itulah salah satu sikap dari pemimpin umat seluruh dunia dalam berdakwah, tidak seperti kita zaman sekarang, kalau sudah dianggap kafir dan bermusuhan oleh sebagian dari umat Islam maka mereka dengan gampangnya melakukan tindakan anarkis dengan meledakan obyek-obyek milik orang kafir, marilah kita renungkan lagi, apakah dulu nabi Muhammad SAW memenangkan Islam dengan terror dan kekerasan?, tentunya tidak bukan,dari riwayat-riwayat yang telah kita pelajari bahwa Nabi Muhammad SAW, memenangkan Islam dengan kasih saying lewat pertolongan ALLAH SWT.
Kita kempali pada pokok pembicaraan, nah setelah kita beriman (dg menuntut ilmu), mengamalkannya untuk kita dalam kehidupan sehari-hari sampai mati, mendakwahkannya kepada yang belum mengetahui, apakah sudah cukup kita masuk kategori orang yang beruntung dimata ALLAH, ternyata belum dan masih ada satu tahapan lagi yang harus kita lewati, yaitu bersabar terhadap gangguan manusia dalam berdakwah.
  • 4. Bersabar terhadap gangguan dalam berdakwah . (nasehat-menasehati untuk menetapi kesabaran)berdakwah
Sabar disini dapat diartikan sebagai menahan diri untuk tetap menaati ALLAH, dan tidak bermaksiat kepada-NYA, dan tidak membenci takdir-takdir yang ditetapkan-NYA, atau menahan diri untuk tidak membenci, mengeluh dan bosan.
Dengan kesabaran, kita senantiasa giat mendakwakan agama ALLAH, sekalipun disakiti, dihina, karena penganiayaan terhadap orang yang mendakwahkan kebaikan, merupakan hal yang biasa yang dilakukan manusia, kecuali mereka yang sudah mendapat petunjuk ALLAH seperti dalam Firman-NYA (QS. Al-An-am : 34) :

  • “Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.”
Semakin keras penganiayaan terhadap orang yang sedang berdakwah, maka semakin dekat pertolonggan ALLAH, pertolongan ALLAH tidak hanya diberikan ketika masih hidup, saat ia masih bisa melihat pengaruh dakwahnya terwujud, tapi pertolongan itu dating setelah ia wafat, misalnya ALLAH menjadikan hati segenap manusia menerima dakwahnya dan berpegang teguh kepada-NYA, itu termasuk dalam kategori pertolongan ALLAH pada orang yang berdakwah, meskipun orang tersebut telah wafat, karena itu orang yang berdakwah harus bersabar dan konsisten menjalankan dakwahnya, Ia harus bersabar menjalankan agama ALLAH yang didakwahkannya, Ia juga harus bersabar menghadapi gangguan yang menimpanya, lihatlah para rasul juga diganggu dengan perkataan maupun perbuatan, seperti dalam Firman ALLAH SWT (QS. Adz-Dzariyat : 52) :

  • “Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila".
Dalam (QS. Al-Furqon : 31)

  • “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.”
Dan seorang yang sedang berdakwah menerima perlakuan itu dengan sabar.
Perhatikan juga Firman ALLAH SWT (QS. Al-Insan : 23) yang berbunyi :

  • “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.”
Sebenarnya wajar kiranya jika setelah firman ALLAH ini yang dinantikan adalah sebuah ayat yang berbunyi, “Hendaklah kamu mensyukuri nikmat Rabb mu!” namun ternyata ALLAH berfirman : “
  • Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Rabb mu” (QS. Al-Insan : 24).
Ini mengandung maksud bahwa setiap orang yang melaksanakan Al-qur`an pasti mengalami hal-hal yang menuntutnya bersabar.
Perhatikan keadaan Nabi Muhammad SAW ketika dipukuli kaumnya, hingga darah mengucur kewajah beliau, sambil mengucap darah di wajah, beliau berdo`a :

  • “Ya ALLAH ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Karena itu sebagai orang yang sedang berdakwah wajib bersabar dan mengharap pahala dari sisi ALLAH.
  • Ada tiga macam sabar jika kita sedang berdakwah yaitu :
1. Sabar dalam mentaati ALLAH dan Rasul-NYA
2. Sabar dalam meninggalkan hal-hal yang di haramkan ALLAH SWT.
3. Sabar dalam menjalani taktir yang ditimpakan oleh ALLAH, baik takdir
tersebut tanpa lantaran usaha manusia maupun melalui perantaraan tangan manusia berupa gangguan dan penganiayaan.

  • Maka dari itu ingatlah wahai saudaraku sesama muslim, bertindaklah sesuai hak kita yang diberikan ALLAH pada kita yaitu kita Cuma diwajibkan untuk memperingati lewat dakwah, dan jika orang yang kita ajak tidak mau/menolak, ALLAH hanya memerintahkan kita untuk bersabar, tidak menghakiminya seperti dihancurkan dengan bom seperti yang terjadi saat ini, menganiaya orang tersebut, jadi bermusuhan dengan orang yang menolak, maka jika kita lakukan semua itu, maka kita tidak menetapi tahapan yang keempat dalam surat AL Al-Ashr yaitu bersabar (nasehat-menasehati untuk menetapi kesabaran), dan kita akan tergolong masih sebagai orang yang merugi dimata ALLAH.



Jadi agar kita di mata ALLAH dapat menjadi orang yang beruntung maka kita harus :Ber-Iman dengan menuntut ilmu karena iman hanya bisa kita raih dengan ilmu, ber amal shaleh, setelah dapat ilmu kita harus melaksanakan dengan konsekwen dalam kehidupan sehari-hari sampai mati, Mendakwahkan ilmu yang kita dapat pada orang lain khususnya bagi yang belum mengetahgui (awam), dan Bersabar jika ada gangguan waktu kita berdakwah seperti pnolakan bahkan penganiayaan.
Kalau kita sudah melampaui keempat tahapan diatas, mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan muslim yang beruntung di mata ALLAH SWT.

  • Amien, Semoga bermanfaat.



Sumber : Syarah Tsalatsatsul Ushul (Mengenal ALLAH, Rasul, dan Dinul Islam)
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdullilah, setelah membaca ini saya jadi tahu arah dan tujuan dalam agama Islam

Anonim mengatakan...

terimakasih smart moslem kami jadi tahu, ternyata dalam agama islam kita tdk hanya mementingkan ibadah sendiri, harus

Anonim mengatakan...

Smart Moslem yang terhormat, saya ingin sekali mempelajari agama Islam secara mendalam, selain membaca di situs Internet, apakah Smart Moslem dapat menghadirkan secara langsung (tatap muka), agar saya benar-benar mantap dalam mempelajari Islam.

Posting Komentar

"Sampaikanlah walaupun cuma satu ayat", sebelum ajal benar-benar menjemput.