DETIK-DETIK TERAKHIR MENJELANG WAFATNYA RASULULLAH SAW

Posted on 07.39 by SMART MOSLEM

qky8pwi9b2

Kepada saudara dan saudariku sesama Muslim, kita semua tahu bahwa kematian selalu setia menanti diujung kehidupan, tapi kita tidak tahu dengan pasti dimanakah ujung dari kehidupan kita, yang pasti adalah bahwa kematian datangnya lebih cepat daripada yang kita duga dan sangka, kebanyakan dari kita mungkin masih merasa bahwa kematian datangnya masih sangat jauh, kita masih terlena dengan dunia, kita masih terlena dengan apa-apa yang belum kita capai didunia ini, kita ingin hidup seribu tahun lagi kata sang pujangga, tetapi tanpa kita sadari, bahwa dengan berlalunya waktu, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam tanpa terasa bahwa kita sedang mendekat kepada ajal.

Saudara dan saudariku sesama Muslim, setiap kita pasti akan mati, Cuma yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah kita dalam hidup ini telah mempersiapkannya dengan seimbang, maksudnya untuk kehidupan dunia kita perlu bekerja keras untuk meraih harta sebanyak mungkin dengan cara yang halal tentunya, untuk diri kita keluarga kita dan orang-orang disekeliling kita yang kurang beruntung, tetapi disisi lain apakah bekal untuk kehidupan yang abadi apakah juga dicari seperti ilmu agama sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih abadi akherat. Jujur saja ternyata tidak semua dari kita khususnya kaum muslim yang menjalankannya dengan seimbang, kebanyakan dari kita malah terseret untuk mengurusi urusan dunia saja dan akherat terlupakan.


Maka dari itu sebelum ajal benar-benar mendatangi kita, segeralah bangkit dari yang hanya mementingkan urusan dunia, berikut ini ada sekelumit kisah detik-detik terakhir menjelang wafatnya Nabi Muhammad SAW, yang merupakan figur dan tauladan serta pemimpin dari seluruh makhluk di alam semesta ini, bagaimana beliau berhadapan dengan malaikat maut, berikut kisahnya,……


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.

Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang
tidak tertahankan
lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan
telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."


Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii,ummatii, mmatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Seorang Nabi Besar Pemimpin Uman manusia sedunia dalam berhadapan dengan sakaratul maut merasakan sakit yang luar biasa, apalagi kita manusia biasa yang penuh dosa, semoga sekelumit kisah diatas dapat menyadarkan kita untuk selalu ingat pada kematian, dan berusaha mencari bekal ilmu agama untuk menghadapi maut.

Semoga bermanfaat


”Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran
untuk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.